Raja Ampat, 23 Juni 2025 – Raja Ampat adalah sebuah kabupaten kepulauan di Papua Barat Daya yang terkenal akan keindahan alam lautnya. Terdiri dari empat pulau utama, yakni Waigeo, Salawati, Batanta, dan Misool, wilayah ini menyimpan sejarah panjang masuknya agama Islam yang erat kaitannya dengan pengaruh Kesultanan Maluku Utara.
Dengan 80 persen wilayah berupa perairan laut, Raja Ampat menjadi pusat kekayaan hayati seperti ikan, penyu, mutiara, teripang, dan rumput laut. Selain itu, hutannya menjadi habitat burung cenderawasih, fauna endemik khas Papua. Kekayaan alam ini sejak dulu berperan penting dalam perdagangan antarpulau, termasuk jalur penyebaran agama.
Sejarah mencatat bahwa agama Islam diperkenalkan di Raja Ampat oleh Kesultanan Ternate tak lama setelah terbentuknya sistem kesultanan pertama di Maluku Utara pada akhir abad ke-15 oleh Sultan Zainal Abidin. Laporan pelaut Portugis abad ke-16 menyebutkan keberadaan perkampungan Islam di wilayah ini sejak tahun 1500-an, dengan pemukiman Muslim pertama diperkirakan berdiri di Pulau Misool pada 1512.
Pengaruh kesultanan seperti Ternate, Tidore, dan Bacan tidak hanya membawa Islam, tetapi juga memperkenalkan sistem sosial berbasis kepemimpinan raja dan gelar-gelar seperti kapita laut, dumlaha, mirino, jojau, ukum, korano, dan sangaji. Atribut kerajaan seperti kain surban, selendang, dan sepasang kain menjadi simbol status para pejabat istana.
Budaya Islam juga tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Raja Ampat, seperti penggunaan rebana dalam musik tradisional dan pemeliharaan kambing sebagai bagian dari perayaan Idul Adha dan tradisi keagamaan lainnya.
Hubungan antara masyarakat Raja Ampat dan Kesultanan Tidore di masa lalu bersifat persaudaraan. Masyarakat Raja Ampat memberi penghormatan serta hadiah kepada Sultan Tidore, dan sebagai balasannya, mereka menerima gelar, hak istimewa, serta barang-barang seperti kain, manik-manik, keramik, dan perkakas besi.
Warisan Islam dan budaya Maluku Utara yang melekat di Raja Ampat hingga kini menjadi bukti kuat atas keterkaitan sejarah dan kearifan lokal yang terus hidup di tengah pesona alam yang menakjubkan.