Asal Usul Masyarakat Raja Ampat: Legenda Tujuh Telur dan Lahirnya Para Raja

Raja Ampat, 21 Juni 2025 – Di balik keindahan alam Raja Ampat yang mendunia, tersimpan kisah mitologi yang menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat setempat. Salah satu cerita turun-temurun yang masih dipercaya hingga kini adalah legenda tujuh butir telur yang ditemukan oleh Boki Deni, istri dari Alyab.
Menurut mitos masyarakat Kampung Wawiyai di Distrik Tiplol Mayalibit, Boki Deni menemukan tujuh telur di tepi Sungai Wawage, yang kini dikenal sebagai Kali Raja. Awalnya, Alyab berniat memakan telur-telur tersebut, namun Boki Deni mencegah dan membawanya pulang untuk disimpan.
Beberapa hari kemudian, lima dari tujuh telur itu menetas menjadi manusia—empat laki-laki dan satu perempuan. Dua telur lainnya mengalami nasib berbeda: satu menetas menjadi roh halus, sementara satu lagi tidak menetas dan berubah menjadi batu. Batu tersebut dikenal sebagai Batu Telur Raja dan hingga kini masih disakralkan di Situs Kali Raja, dibungkus kain putih dan disimpan dalam bangunan kecil.
Kelima anak manusia tersebut kemudian dikenal sebagai leluhur para raja di Raja Ampat:
  • Fun Giwar (anak pertama) menjadi Raja Waigeo dan tetap tinggal di Kali Raja,
  • Fun Tusan (anak kedua) mendirikan kekuasaan di Salawati,
  • Fun Mustari (anak ketiga) berkuasa di Pulau Misool,
  • Fun Kilimuri (anak keempat) memilih bermukim di Pulau Seram,
  • Fun Sem (anak kelima) menjelma menjadi makhluk halus dan tidak diketahui keberadaannya,
  • Pin Tike, satu-satunya perempuan, kemudian menjadi tokoh penting dalam kisah lanjutan mitologi ini.
Menurut legenda, Pin Tike hamil tanpa diketahui siapa ayahnya. Karena dianggap mencoreng kehormatan keluarga, ia dihanyutkan ke laut dan akhirnya terdampar di Pulau Numfor. Di sana, ia bertemu tokoh mitos Biak-Numfor, Manar Maker, dan melahirkan seorang anak laki-laki bernama Kurabesi atau Gurabesi.
Kurabesi tumbuh menjadi tokoh besar. Ia kembali ke Waigeo dan bersama pamannya Fun Giwar serta sepupunya Mereksopen, membantu Raja Tidore dalam pertempuran melawan Raja Ternate. Atas jasanya, Kurabesi menikahi putri Sultan Tidore, Boki Taiba, dan kemudian kembali menetap di Wawiyai, Waigeo, hingga akhir hayatnya.
Kisah ini tidak hanya menjadi warisan budaya masyarakat Raja Ampat, tetapi juga memperkaya sejarah lisan Papua dan menunjukkan betapa mitologi dan kekuasaan saling berkaitan dalam pembentukan identitas lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *