Aktivitas Tambang Nikel di Raja Ampat Picu Kekhawatiran: Ancaman Ekosistem Laut Jangka Panjang

Raja Ampat, 21 Juni 2025 – Aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat kembali menjadi sorotan publik. Meski izin usaha pertambangan (IUP) empat perusahaan telah dicabut, PT Gag Nikel—anak usaha PT Antam Tbk—masih terus beroperasi di wilayah seluas 13.136 hektare.

Kegiatan ini menimbulkan perdebatan terkait dampaknya terhadap ekosistem laut Raja Ampat, yang dikenal sebagai kawasan dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.
KKP Klaim Tambang PT Gag Nikel Tak Rusak Laut
Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP), Pung Nugroho Saksono, memastikan bahwa aktivitas tambang nikel milik PT Gag Nikel tidak berdampak signifikan terhadap lingkungan pesisir maupun ekosistem laut.
“Berdasarkan hasil penyelaman hingga 100 kilometer, sedimentasi tidak banyak ditemukan. Terumbu karang dan ikan, termasuk hiu, masih melimpah,” ungkap Pung di Jakarta, Rabu (18/6/2025), dikutip dari detikcom.
Pakar IPB Ingatkan Ancaman Jangka Panjang terhadap Spesies Langka
Namun, pernyataan tersebut berbeda dengan pandangan pakar IPB University, Dr Meutia Samira Ismet, yang mengkhawatirkan dampak jangka panjang tambang nikel terhadap spesies laut langka seperti paus sperma, kerang kima raksasa (Tridacna gigas), dan pari manta.
“Ketiga spesies ini sangat tergantung pada keseimbangan lingkungan laut. Ketika mikroorganisme planktonik terganggu, rantai makanan mereka bisa runtuh,” jelas Meutia.
Ia menyoroti bahwa limbah pertambangan nikel berpotensi mencemari laut melalui limpasan residu logam berat, terutama nikel, yang bersifat toksik bagi mikroalga dan mikroba laut penting.
Konsentrasi Nikel Bisa Ganggu Siklus Ekosistem
Merujuk hasil studi di Teluk Vavouto, New Caledonia, Meutia menyebut konsentrasi nikel di atas ambang batas (46 μg/L) dapat merusak mikroalga fotosintetik—organisme penting dalam siklus biogeokimia laut dan produktivitas primer.
“Gangguan ini menurunkan ketersediaan oksigen, meningkatkan CO₂, dan merusak kejernihan air laut yang menjadi habitat biota langka,” jelasnya.
Rantai Makanan Terancam, Spesies Laut Bisa Punah
Logam berat seperti nikel juga terbukti menurunkan populasi zooplankton seperti copepoda—makanan utama pari manta dan ikan pelagis, serta cephalopoda yang dikonsumsi paus sperma.
“Jika kondisi ini dibiarkan, bukan hanya populasi ikan yang menurun, tapi struktur ekosistem laut Raja Ampat juga bisa berubah drastis,” kata Meutia.
Seruan Evaluasi dan Pengawasan Ketat Tambang Nikel
Meutia menyerukan perlunya penilaian risiko mendalam untuk menentukan batas aman konsentrasi nikel di laut serta penerapan sistem pengelolaan limbah yang bertanggung jawab.
“Pemerintah, masyarakat, dan industri harus bersinergi merancang kebijakan ramah lingkungan demi menjaga kelestarian Raja Ampat sebagai rumah biodiversitas laut dunia,” tegasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *